-->

Senin, 16 Juli 2018

FISIOLOGI SISTEM INDRA : INDRA PENGHIDU / PENCIUMAN (OLFACTION)


Ada 5 jenis sensasi khusus yang dimiliki manusia, yaitu penghidu, pengecap, pendengaran, penglihatan, dan Keseimbangan. Penghidu dan pengecap dikelompokkan sebagai kemoresepsi karena rangsangannya berupa zat kimia. Penglihatan dikelompokkan sebagai fotoresepsi karena rangsangannya berupa cahaya. Pendengaran dikelompokkan sebagai mekanoresepsi karena rangsangannya berupa getaran dari gelombang suara. 

Sistem indra membutuhkan reseptor untuk mentransformasi informasi agar dapat diterjemahkan oleh otak.


1.1 INDRA PENGHIDU (OLFACTION)
Sensasi hidu pada manusia biasanya berfungsi mempengaruhi sekresi dari enzim pencernaan dan keinginan untuk makan. Sensasi hidu membantu mengenali atau mengingatkan terhadap sesuatu, dapat objek itu sendiri atau orang lain atau sebuah memori khusus yang pernah dialami. 

Mukosa olfaktori yang berada di pemukaan atas cavitas nasalis terdiri dari 3 jenis sel, yaitu sel reseptor, sel penyokong, dan sel basal.

Sel penyokong adalah sel epitel kolumnar sebagai penyokong fisik, menutrisi, sebagai insulator untuk sel reseptor, dan mendetoksifikasi epitel olfaktori. Pada permukaan epitel mukosa terdapat duktus dari glandula olfaktorius (Bowman’s Gland) penghasil mukus yang melingkupi mukosa sebagai pelarut odoran. Sel penyokong dan glandula olfaktorius diinervasi oleh saraf parasimpatis dalam cabang N.VII yang dirangsang zat tertentu yang juga sekaligus merangsang kelenjar lakrimal.

Sel basal merupakan prekursor dari sel reseptor olfaktori yang melakukan regenerasi tiap 2 bulan.

Sel reseptor berperan mendeteksi deteksi odor (aroma), molekulnya disebut odoran. Perpanjangan dendrit sel reseptor merupakan silia non motil (silia olfaktori) yang merupakan lokasi transduksi (konversi stimulus energi menjadi potensial listrik). Normalnya, kita dapat mendeteksi sekitar 10.000 odor.

Odoran mencapai reseptor olfaktori lewat difusi. Mengendus memudahkan sekaligus mempercepat odoran mencapai reseptor, juga dengan jumlah yang lebih banyak. Syarat odoran yaitu mudah menguap supaya dapat masuk ke hidung lewat udara danwater soluble sehingga dapat larut dalam mukus mukosa olfaktori.

A.      Mekanisme Transduksi Olfaktori
Odoran berikatan pada silia reseptor olfaktori. Sinyal odor yang cukup (tergantung ambang konsentrasi odoran agar dapat dideteksi) dari ikatan ini akan mengaktivasi protein membran yaitu Protein G. Protein G mengaktivasi enzim adenylate cyclase untuk memproduksi cAMP. cAMP menyebabkan terbukanya kanal ion Na+ dan Ca2+ sehingga kedua ion tersebut dapat masuk ke sitosol. Akibatnya, sel mengalami depolarisasi (perubahan muatan sel dari negatif ke positif). Bila mencapai ambang, sel reseptor yang terdepolarisasi akan menghasilkan potensial aksi.

B.       Jalur Olfaktori
Akson dari neuron reseptor olfaktori secara kolektif (40 bundle atau lebih) disebut nervus olfaktorius.
Akson tersebut bersinaps di dalam bulbus olfaktorius di bawah lobus frontalis.
Masing-masing bulbus olfaktorius dibungkus oleh bola kecil disebut glomeruli. Glomeruli hanya menerima satu komponen odor tertentu yang dideteksi reseptor (first relay station).
Di dalamnya, terminal akson reseptor olfaktori bersinaps dengan sel mitral. Neuron sel mitral dalam bulbus olfaktorius memanjang dan membentuk traktus olfaktorius.
Sebagian akson berproyeksi pada area olfaktori primer pada korteks serebri pada permukaan inferior dan medial lobus temporalis sebagai lokasi dimulai pengenalan odor (smell awareness), tanpa perlu bersinaps dengan talamus.
Sebagian akson berproyeksi pada sistem limbik dan hipotalamus yang berperan pada respons emosional dan pembangkitan memori akan odor, misalnya nausea, makanan yang tidak disuka, kenangan tentang seseorang atau masa kecil.
Dari area primer, jalur olfaktori juga meluas ke lobus frontalis, khususnya area orbitofrontal yang penting untuk identifikasi dan diskriminasi odor. Misal kalau bagian ini rusak, maka seseorang hanya merasakan odor tapi tidak bisa menentukan itu odor apa.
Identifikasi dan diskriminasi odor tergantung dari pola glomeruli yang diaktivasi oleh odor.

C.      Adaptasi Olfaktori
Desensitisasi odor terjadi dalam waktu singkat pajanan akibat proses adaptasi di sistem saraf pusat dan spesifik untuk odor tertentu. Ketika tidak ada lagi odoran baru yang masuk (misal dijauhkan dari sumber odor), odor yang sebelumnya sudah masuk dan ditransduksi dibersihkan oleh enzim ‘pemakan-odor’ sehingga tidak menstimulasi reseptor lagi.

D.     Organ Vomeronasal (VNO) dan Feromon   
     VNO dalam hidung letaknya di sebelah tulang vomer. Fungsinya mendeteksi feromon (sinyal kimia non uap yang secara tidak sadar lewat di antara individu-individu dari spesies yang sama). Pada hewan, feromon merangsang VNO mengirimkan potensial aksi ke sistem limbik yang akan mempengaruhi perilaku sosioseksual. Pada manusia, efek feromon ini masih menimbulkan perbedaan pendapat dari para peneliti. Ada dugaan kuat kalau feromon ini bertanggung jawab pada ‘perasaan’ spontan antar individu, misalnya love at the first sight, merasa aura tidak baik dari seseorang yang baru saja ditemui.  







Daftar Pustaka :
Sherwood, Lauralee. 2016. Human Physiology: From Cells to Systems, Ninth Edition. Edisi 9. Kanada : CENGAGE Learning.
Tortora, GJ & Derrickson, Bryan. 2014. Principles of Anatomy & Physiology. Edisi 14. Amerika Serikat : WILEY.