Ada 5
jenis sensasi khusus yang dimiliki manusia, yaitu penghidu, pengecap,
pendengaran, penglihatan, dan Keseimbangan. Penghidu dan pengecap dikelompokkan
sebagai kemoresepsi karena rangsangannya berupa zat kimia. Penglihatan dikelompokkan
sebagai fotoresepsi karena rangsangannya berupa cahaya. Pendengaran
dikelompokkan sebagai mekanoresepsi karena rangsangannya berupa getaran dari
gelombang suara.
Sistem
indra membutuhkan reseptor untuk mentransformasi informasi agar dapat
diterjemahkan oleh otak.
1.1 INDRA PENGHIDU (OLFACTION)
Sensasi
hidu pada manusia biasanya berfungsi mempengaruhi sekresi dari enzim pencernaan
dan keinginan untuk makan. Sensasi hidu membantu mengenali atau mengingatkan
terhadap sesuatu, dapat objek itu sendiri atau orang lain atau sebuah memori
khusus yang pernah dialami.
Mukosa
olfaktori yang berada di pemukaan atas cavitas nasalis terdiri dari 3 jenis
sel, yaitu sel reseptor, sel penyokong, dan sel basal.
Sel
penyokong adalah sel epitel kolumnar sebagai penyokong fisik, menutrisi, sebagai
insulator untuk sel reseptor, dan mendetoksifikasi epitel olfaktori. Pada
permukaan epitel mukosa terdapat duktus dari glandula olfaktorius (Bowman’s Gland) penghasil mukus yang
melingkupi mukosa sebagai pelarut odoran. Sel penyokong dan glandula
olfaktorius diinervasi oleh saraf parasimpatis dalam cabang N.VII yang
dirangsang zat tertentu yang juga sekaligus merangsang kelenjar lakrimal.
Sel
basal merupakan prekursor dari sel reseptor olfaktori yang melakukan regenerasi
tiap 2 bulan.
Sel
reseptor berperan mendeteksi deteksi odor (aroma), molekulnya disebut odoran. Perpanjangan
dendrit sel reseptor merupakan silia non motil (silia olfaktori) yang merupakan
lokasi transduksi (konversi stimulus energi menjadi potensial listrik). Normalnya,
kita dapat mendeteksi sekitar 10.000 odor.
Odoran
mencapai reseptor olfaktori lewat difusi. Mengendus memudahkan sekaligus
mempercepat odoran mencapai reseptor, juga dengan jumlah yang lebih banyak. Syarat
odoran yaitu mudah menguap supaya dapat masuk ke hidung lewat udara danwater soluble sehingga dapat larut dalam
mukus mukosa olfaktori.
A.
Mekanisme Transduksi
Olfaktori
Odoran berikatan pada
silia reseptor olfaktori. Sinyal odor yang cukup (tergantung ambang konsentrasi
odoran agar dapat dideteksi) dari ikatan ini akan mengaktivasi protein membran
yaitu Protein G. Protein G mengaktivasi enzim adenylate cyclase untuk memproduksi cAMP. cAMP menyebabkan
terbukanya kanal ion Na+ dan Ca2+ sehingga kedua ion
tersebut dapat masuk ke sitosol. Akibatnya, sel mengalami depolarisasi
(perubahan muatan sel dari negatif ke positif). Bila mencapai ambang, sel
reseptor yang terdepolarisasi akan menghasilkan potensial aksi.
B.
Jalur Olfaktori
Akson dari neuron
reseptor olfaktori secara kolektif (40 bundle atau lebih) disebut nervus
olfaktorius.
Akson tersebut bersinaps
di dalam bulbus olfaktorius di bawah lobus frontalis.
Masing-masing bulbus
olfaktorius dibungkus oleh bola kecil disebut glomeruli. Glomeruli hanya
menerima satu komponen odor tertentu yang dideteksi reseptor (first relay station).
Di dalamnya, terminal
akson reseptor olfaktori bersinaps dengan sel mitral. Neuron sel mitral dalam bulbus
olfaktorius memanjang dan membentuk traktus olfaktorius.
Sebagian akson
berproyeksi pada area olfaktori primer pada korteks serebri pada permukaan
inferior dan medial lobus temporalis sebagai lokasi dimulai pengenalan odor (smell awareness), tanpa perlu bersinaps
dengan talamus.
Sebagian akson
berproyeksi pada sistem limbik dan hipotalamus yang berperan pada respons
emosional dan pembangkitan memori akan odor, misalnya nausea, makanan yang
tidak disuka, kenangan tentang seseorang atau masa kecil.
Dari area primer, jalur
olfaktori juga meluas ke lobus frontalis, khususnya area orbitofrontal yang
penting untuk identifikasi dan diskriminasi odor. Misal kalau bagian ini rusak,
maka seseorang hanya merasakan odor tapi tidak bisa menentukan itu odor apa.
Identifikasi dan diskriminasi
odor tergantung dari pola glomeruli yang diaktivasi oleh odor.
C.
Adaptasi Olfaktori
Desensitisasi odor
terjadi dalam waktu singkat pajanan akibat proses adaptasi di sistem saraf
pusat dan spesifik untuk odor tertentu. Ketika tidak ada lagi odoran baru yang
masuk (misal dijauhkan dari sumber odor), odor yang sebelumnya sudah masuk dan
ditransduksi dibersihkan oleh enzim ‘pemakan-odor’ sehingga tidak menstimulasi
reseptor lagi.
D.
Organ Vomeronasal (VNO)
dan Feromon
VNO
dalam hidung letaknya di sebelah tulang vomer. Fungsinya mendeteksi feromon
(sinyal kimia non uap yang secara tidak sadar lewat di antara individu-individu
dari spesies yang sama). Pada hewan, feromon merangsang VNO mengirimkan
potensial aksi ke sistem limbik yang akan mempengaruhi perilaku sosioseksual.
Pada manusia, efek feromon ini masih menimbulkan perbedaan pendapat dari para
peneliti. Ada dugaan kuat kalau feromon ini bertanggung jawab pada ‘perasaan’
spontan antar individu, misalnya love at
the first sight, merasa aura tidak baik dari seseorang yang baru saja
ditemui.
Daftar Pustaka :
Sherwood, Lauralee. 2016. Human Physiology: From Cells to Systems, Ninth Edition. Edisi 9. Kanada : CENGAGE Learning.
Tortora, GJ & Derrickson, Bryan. 2014. Principles of Anatomy & Physiology. Edisi 14. Amerika Serikat : WILEY.