Bissmillah ajadeh. semoga gak pada kecewa ya haha -_-v
***
Dalam perjalanan pulang, keduanya lebih banyak saling mendiamkan diri.
Ify terus-terusan menatap ke depan dan Rio pun begitu. “Fy..” Akhirnya Rio buka
suara. Ify pun mau tidak mau menoleh dan beralih pandang ke arah pemuda di
sebelahnya. “Ya?” balasnya singkat. Rio hanya menatapinya lama lalu tiba-tiba
menepikan mobil. Ia menatap Ify lagi dan tanpa mengatakan apapun.
Ify memberanikan membalas tatapan Rio tersebut. Mencoba menghadapi
senjata mematikan yang hampir setiap hari membunuhnya. Ayo Fy, ayo! Buktikan
bahwa lo gak takut lagi sama 2 makhluk sialan itu! Lo harus berani! Lo harus
kuat...setidaknya lo kuat d hari terakhir lo menyelami mata-mata itu. Buru Ify
dalam hati. Ify memantapkan matanya membalas tatapan Rio. Rio pun terus saja
menghunuskan senjata ampuhnya tersebut pada Ify.
“Bener..lo mau move on dari gue?” Tiba-tiba Rio bertanya, masih dengan
pandangan tajam ke arah Ify. Ify menegut ludah hikmat. Pelan dan sepertinya
agak susah. Kemampuan berbicaranya seakan-akan menghilang. Ify menarik nafas dalam
dan menutup mata sejenak. Sejurus kemudian ia memberanikan diri menatap Rio
kembali. “Iya,” jawabnya singkat. “Apa lo yakin?” tanya Rio lagi. Ify
mengangguk mantap. Ia tidak boleh terpengaruh pada apa yang pemuda itu katakan.
“Apa lo sanggup?” sekali lagi Rio bertanya.
Dan untuk kali ini, Ify terdiam. Hatinya dihempas benar-benar. Wajahnya
seakan ditampar keras hingga pikiran normalnya kembali terbuka. Kembali
difungsikan untuk berfikir dengan amat sangat matang-matang akan keputusan yang
ia ambil sekarang. Apa benar ia sanggup? Setelah semua masa-masa sulit yang
dialaminya sampai Rio mengakui satu hal padanya, bahwa pemuda itu menyukainya.
Tapi, sampai kapan ia harus menunggu?
“Gue capek nunggu. Pait. Nusuk. Sakit.” Ify menunduk. Ia tak cukup
berani menatap Rio lagi. Sejujurnya ia tak rela sih, cuma, mau bagaimana lagi?
Sementara Rio makin lekat menatapnya. Dan sekarang..lo pasti nahan gue..hh lagu
lama! Batin Ify sarkastik. Rio kemudian beralih pandang ke depan. Keduanya lalu
saling bungkam. Atau mungkin hanya Rio yang bungkam karena mulut Ify sedari
tadi berkomat-kamit bosan dengan suasana yang ada saat ini antara dirinya dan
Rio.
Ify mengeluarkan ponselnya dan hanya memandangi layar dari benda
berbentuk petak itu. Ibu jarinya mengusap layar sekaligus keypad *lupatulisannyax_x*
yang terdapat disana. tiba-tiba mengalir bisikan dalam benaknya yang
menyuruhnya menghubungi pria aneh, yang tadi sore ia temui, yang mengaku bahwa
dirinya ialah orang yang selama ini diam-diam mengaguminya. Siapa lagi kalau
bukan Debo, kan?
Tapi...kenapa Debo? Orang yang ia kenal dekat banyak tapi kenapa
mentoknya pada pemuda itu? Aaah gue pasti udah gila nih! Stres nih! Sarap nih!
“Dulu, gue pasti nangis, sampe mata gue bengkak, sampe baju lo gue bikin
basah, karena ngelepas lo. Sekarang, tenang aja, baju lo gak akan basah,
mata gue juga gak bengkak, ga akan ada air mata semili pun yang bakal jatuh
dari pelupuk mata gue. Gue bakal nyiapin senyum terindah gue sebagai perpisahan
kita malam ini. Bukan sebagai pasangan kekasih, tapi yaah..apa ya? hihi gue
gatau deh apa, kita ga ada hubungan apa-apa juga kan ya..”
“Maksud lo?” Air muka Rio langsung berubah datar. “Yaa maksud gue, kita
gaada hubungan apa-apa, temen bukan pacar apalagi haha..” jawab Ify santai.
Rio tidak terlihat ingin membalas. Ia diam dan tetap menatap Ify.
Sepertinya pemuda itu telah kehabisan kata untuk melanjutkan perdebatan,
mungkin. Atau bisa juga ia sedang memikirkan kata-kata apalagi yang lebih tepat
ia ucapkan saat ini. Ify ikut diam. ia tidak ingin memulai pembicaraan. Karena
berdasarkan riwayat pertemuan, ia-lah yang kerap kali mengajak Rio bicara, yang
jelas sekali sangat tidak menginginkan diajak bicara olehnya.
“Kita dijodohin,” Rio tiba-tiba berujar, sekaligus menutup keheningan
yang sedang tampil klimaks antara dirinya dan Ify. Ify sendiri kaget. Ia tidak
menyangka Rio akan mengangkat lagi masalah perjodohan antara dirinya dan pemuda
itu. dimana yang sudah-sudah, pemuda itu kian marah ketika dirinya
menyebut-nyebut soal perjodohan. Dimana pemuda itu kian tidak ingin masalah
perjodohan mereka tersebut diketahui siapapun, kecuali orang-orang yang tidak
mungkin tidak mengetahuinya.
“Masih kita dijodohin? Bukannya udah batal ya? lo kan yang minta waktu
itu? iya kan? Apa gue salah? Apa gue yang minta? Aduh, gue bingung deh,”
katanya polos. Meski bagi Ify, Rio pun kelewat polos. Pemuda itu seperti lupa
ingatan. Lupa akan apa-apa saja kesepakatan tersirat maupun lisan, bersama
ataupun sepihak yang sudah terjadi antara dirinya dan pemuda itu. bukankah Rio
sudah enggan untuk dijodohkan dengannya?
“Gue gak pernah bilang iya waktu lo bahas pembatalan perjodohan!” kata
Rio tegas. Tatapan matanya bergulat manis dengan tatapan mata Ify yang mulai
sayu. Jujur saja, Ify sedikit mengantuk. Tapi, apalah arti rasa kantuk saat
ini. pasti akan dapat cepat terlupakan, terhembus oleh belaian angin malam.
Namun tidak dengan rasa sesak. Rasa itu makin menghujami dada Ify. Mengisi
seluruh kekosongan yang sempat hinggap hingga tidak menyisakan satu ruang pun.
Gue pengen muntah rasanya..
“Tapi lo selalu desak gue buat melakukan itu!” balas Ify. Ia terpancing
nada suara Rio yang mulai meninggi. Sementara Rio seperti makin ingin membuat
Ify makin terpancing. “Itu karena lo yang selalu nyerah dan nyerah,”
“Siapa yang gak selalu nyerah ngejer orang yang setiap saat ngejolak
kita sampai hampir ga bisa berdiri?!” Sungut Ify. Nafasnya memburu dan tidak
stabil. Dadanya naik turun. Dirinya sekarang antara marah, bingung dan ingin
menangis. Rio tidak jauh berbeda. Dadanya juga naik turun meski tidak sederas
Ify.
“Apa kesempatan yang gue kasih sia-sia?” Ia berujar lagi. Dan ujarannya
itu dengan mudah membuat Ify terpana. Takjub. Heran, namun percaya. Kapan sih
Rio tidak menodongnya dengan pertanyaan aneh? Satu hal yang membuatnya bingung.
Yo, cara lo mikir gimana ya? Bingung gue. Perasaan, gue gak pernah bener. Salah
mulu. Batinnya bingung.
“Kesempatan apa? Buat lo jatuh cinta sama gue? Apa sikap lo nunjukkin
bahwa gue masih punya kesempatan?” balas Ify. Rio bingung. Alisnya menukik
sebelah. “Maksud lo?”
“Bukan kesempatan namanya kalo kemungkinannya gak ada. Itu namanya
mimpi. Istilah gaulnya, ngarep.” Jawab Ify enteng. Bibirnya menyungging senyum
lepas saat menatap 2 bola mata tajam Rio. Nafasnya sudah kembali teratur. Dalam
hati, ia menertawai nasibnya mencintai seorang pemuda membingungkan bernama
Mario. Pria batu! Sementara Rio, termangu melihat Ify, melihat senyum Ify,
mungkin.
“Dan kalo kesempatan itu memang ada, mungkin sampai kapanpun cuma bakal
jadi kesempatan. Gue maju, lo ga cuma mundur, tapi lo ngilang! Cepeeet banget.
Ga ada kemajuan apapun yang bisa gue buat.” Tutur Ify kembali dengan tenang.
Bibirnya setia mempertahankan senyum yang tadi ia sunggingkan. Rio makin
termangu dibuatnya.
“Selama ini lo ngerasa kesempatan dari gue gak ada?” Rio kembali angkat
bicara dan lagi-lagi menatap Ify lekat. Suaranya mulai meninggi, lagi. “Apa gue
nyium lo, ga sanggup nahan lo buat tetep cinta sama gue? Gak sanggup memotivasi
lo untuk terus berusaha buat gue jatuh hati sama lo?” lanjutnya.
Apa salahku..kau buat begini... *nyelipdikit*sekaliandilanjutinjugaboleh*
Ify tertegun. Jantungnya seperti dipukul begitu keras. Rio benar-benar
mengorek lagi dari dasar akan hubungan mereka. Mengungkit hal-hal yang begitu
sensitif. Namun terdengar begitu menyakitkan. Dan tak diduga Ify bahwa
penyampaian Rio tersebut akan terasa semenyakitkan sekarang. Rio membuat hal
yang ia utarakan berarti berbeda. Bahkan seakan tak berarti apa-apa bagi Rio.
Berbeda jauh dengan yang diartikan ify. Membuat ify bertanya...pernahkah pemuda
itu menyukainya? Apa benar? Apa dirinya dipermainkan..lagi?
Kau tarik ulur hatiku hingga...sakit yang kurasa...
“Kenapa?” suara Ify mulai kacau. Kemungkinan dan kesialan terburuknya
malam ini adalah ia akan menangis. Yo..sumpah...gue nyesel cinta sama
lo...sumpah...sumpah...
“Yaa maksud gue..”
“Maksud gue kenapa lo bahas masalah itu? kenapa lo dengan santai bilang
‘Apa gue nyium lo, ga sanggup nahan lo buat tetep cinta sama gue’? Kenapa lo
buat seakan-akan gue cewek murahan, yang dicium sekali, bakal nempel seumur
hidup? Kenapa sih lo gak pernah buat gue yakin sama lo? Kenapa sih kesan gue
sama lo gak pernah bagus? Kenapa Yo, kenapa?” Ify memotong dengan cepat sebelum
Rio beroceh panjang. Sedikit lagi, Ify dapat dipastikan menangis. melemah
sedikit saja lagi, tersentuh sedikit saja, maka pertahan ify semuanya akan
jatuh. Layaknya susunan domino yang bilamana disentuh barisan paling depannya
akan menjatuhkan keseluruhan.
Apa memang ini...yang kamu inginkan..tak ada sedikitpun niat
tuk...serius kepadaku...
“Fy, bukan itu, gue..” Rio kebingungan sendiri. Ia menyadari
perkataannya sebelumnya salah besar. Ia salah menyampaikan pada Ify. bukan itu
yang ia maksudkan. Sedikitpun tak ada niatan membuat Ify merasa dipermainkan.
Dalam lubuk hatinya yang amat sangat dalam itu, ia hanya ingin meyakinkan Ify
bahwa dirinya benar-benar menginginkan gadis itu, benar-benar ingin gadis itu
membuatnya jatuh hati. Karena itu, ia mengulas tentang kecupan yang dulu ia
berikan pada Ify. alasannya, ia hanya ingin Ify mengetahui, bahwa ia tidak akan
mungkin mengizinkan siapapun atau memberikan itu pada orang yang bukan
merupakan yang paling diinginkannya. Tapi..
Katakan..yang sebenarnya..jangan mau tak mau...seperti ini...
“Masih ada yang mau lo omongin? Masih ada stok kata-kata menyakitkan
buat gue?” sindir ify. Ia beralih pandang ke arah depan seraya melipat kedua
tangan di dada. Rasanya tak sanggup lagi terus-menerus berdebat dengan Rio,
tapi ia juga belum mendapat kepastian akan dirinya dan pemuda itu. ia belum
memastikan kepada Rio bahwa dirinya akan benar-benar pamit dan lepas dari jerat
pesona pemuda itu.
“Gue mau lo!” Yakin Rio. Ia tidak lagi memikirkan harga diri atau apapun
itu yang biasanya menghalanginya untuk berlaku baik pada Ify, membuat gadis itu
betah menghadapinya. “Basi!” Elak ify langsung. Tentu saja! Kalau dirinya
dipermainkan lagi, bagaimana?
Akhirnya...kini aku mengerti...apa yang ada di fikiranmu selama ini...
Rio menarik nafas dalam. Mencoba menenangkan diri dan memahami sikap
sinis Ify kepadanya. Ini hidup mati lo, Yo! Batinnya meyakinkan diri. “Lo bisa
percaya sama gue, Fy!” Katanya lagi. Ify meliriknya sebentar lalu memalingkan
wajah. “Males.” Elak Ify lagi. Rio harus lebih tenang sepertinya. Meski ia agak
kesal juga dengan sikap ngeyel Ify. “Fy, ini pertama kali. gue. memohon. sama.
lo. Plis..” Ujar Rio lembut namun penuh penekanan.
Ify melirik lagi. Keningnya mengerut. Wow lah gitu? Pikirnya. Ia kembali
menghadap ke depan. “Gue gak peduli.” Katanya. Lantas kekesalan Rio memuncak.
Ify tak lagi ‘jinak’. Cara yang sama. Semoga lo tetep sama. Plis. Kata Rio
dalam hati. Lantas ditariknya nafas dalam. Ia diam sebentar lalu kemudian
memanggil Ify.
“Fy,” panggil Rio. Ify hanya diam. ponselnya tiba-tiba bergetar. Ada
sebuah pesan masuk. Dalam
hitungan detik ke sepuluh, gue bakal sampe J. Berikut isi
dari pesan yang diterimanya. Ify kemudian hanya memandangi ponselnya itu. ia
mendadak bingung. Untuk apa dirinya menyuruh Debo, orang yang mengirimkan pesan
tersebut, untuk menjemputnya? Lalu, Rio, bagaimana? Ah..Rio juga gak pernah
mikirin gue ya kan...
“Fy..”
“Udah malem, Yo, lanjut jalan sekarang aja..” potong Ify. Ia merasa
terlalu lama menghabiskan waktu bersama pemuda di sebelahnya. Tapi, jika Rio
benar-benar menuruti apa yang ia katakan, Debo bagaimana? Pemuda itu sebentar
lagi sampai di tempat ia dan Rio berada sekarang.
“Fy, untuk kedua kalinya dalam hidup gue..” kata Rio menggantung. Ify
hanya diam. akan tetapi kepalanya tertoleh ke arah pemuda itu, sembari
menunggunya melanjutkan berbicara. Rio menghela nafas sejenak dan menghembusnya
pelan. “Gue..merelakan hati gue dimiliki orang lain..” katanya kemudian, masih
tetap menggantung. Ify mendadak berdebar. Ia meremas tangannya kuat-kuat agar
debaran jantungnya segera menghilang.
“Dan, untuk kedua kalinya dalam hidup gue..” lanjut Rio menggantung. Ify
geram sendiri. Karena Rio yang terus-terusan menggantungkan perkataannya itu,
kecepatan jantungnya berdebar menjadi makin tinggi. Ia harus berulang kali
menarik nafas dan menghembusnya cepat agar keadaan jantungnya kembali normal.
“Gue..”
Sial! Lo ngomong langsung yang jelas-jelas aja kenapa sih, Yo?! Gerutu
Ify membatin. “Apa?” tanya Ify. Rio memandangnya lekat lalu tiba-tiba sayu.
Tatapannya melembut dan menenangkan. Ify tersipu karena Rio menatapnya seperti
itu. Tidak sampai disitu, Rio tiba-tiba memeluknya erat. Tidak memberinya ruang
untuk bergerak seinci-pun. “Yo..” Bukannya menjawab, Rio justru makin
mengeratkan lagu dekapannya yang tadinya memang sudah erat.
Ify sendiri bingung harus bagaimana menghadapi Rio. Ia sangat ingin
sekali pemuda itu segera melepas pelukannya. Tak dapat dipungkiri dirinya
memang agak merasa senang karena jarang-jarang Rio memeluknya seperti sekarang.
Tapi, ia sudah bertekad untuk melepas dan melepaskan diri dari pemuda itu.
karenanya, Ify juga merasa gelisah. Sementara itu, tubuhnya tidak meyakini hal
yang sama dengan apa yang ia tekadnya. Tubuhnya menolak perintahnya untuk
melepaskan diri. Tubuhnya membeku, menuruti dengan ikhlas segala apa yang
dilakukan Rio.
Rio kemudian melepaskan pelukannya pada Ify. Dalam hati, Ify berulang
kali mengucap syukur karena terbebas dari rasa gelisah akibat pemuda itu. akan
tetapi, tangan Rio masih menggenggam kedua bahunya. Karenanya rasa gelisah
dalam diri Ify masih tetap ada. Bertepatan dengan itu ada sinar terang dari
arah depan diiringi dengan bunyi klakson satu kali. Tampaknya ada yang datang.
Keknya Debo deh. Pikir Ify. “Yo..”
Cup!!
Rio mengunci bibirnya tanpa izin. Ify menggenggam kuat ponsel di
tangannya. Mendadak dirinya hilang akal. Entah apa yang sedang berkutat dalam
pikiran dan hatinya saat ini, yang jelas ia tak mampu mengelak apa yang Rio
perbuat padanya. Keduanya lantas bertahan dalam posisi tersebut. Tapi sejurus
kemudian, mata Ify membelalak. Pikiran normalnya kembali. Ia tersadar
kepasrahannya ini salah dan...Rio yang lebih salah besar!
Kau hanya ingin..permainkan perasaanku..tak ada hati...tak ada cinta...
Sekali lagi, Rio melakukan ini padanya. Sekali lagi...sekali lagi
dirinya disogok agar tetap berada dibawah kuasa pemuda itu. Yo...tega lo! Batin
Ify geram. Lantas didorongnya tubuh Rio keras. Pemuda itu terkesiap. Tidak
menyangka Ify akan segarang itu. ia menjadi takut sendiri dan takut akan
terjadi hal-hal yang tidak diinginkannya, sangat tidak ia inginkan.
Mata Ify memanas dan memerah. Rio benar-benar takut melihat itu.
jantungnya mendadak berdebar. Untuk pertama kalinya dirinya dibuat takut oleh
gadis itu. tapi, saat ini, gadis itu memang sangat menakutkan. Siapapun yang
melihat pasti akan bergidik ngeri. Seorang hamster yang tiba-tiba berubah wujud
menjadi singa lapar. Begitulah kira-kira wujud Ify. “Fy, gue cuma..gue..” Rio
kebingungan harus menjelaskan apa. Sementara Ify hanya diam menatapnya.
PLAK!
Dan boleh kita ulang, untuk pertama kalinya dalam hidup Rio, ada
seseorang yang menamparnya meski tak begitu keras. Tapi, apa yang merasuk ke
dalam hatinya jauh lebih dan sangat menyakitkan. Campur aduk antara marah dan
sedih. Marah karena, ada yang sudah berani dan lancang menyentuhnya. Dan sedih
yang teramat dalam karena...karena hamster itu telah berubah menjadi
singa..karenanya. Karenanya...hamster kecil dan lucu yang selalu ceria itu,
sekarang begitu terlukai hatinya dan begitu murung..karenanya. *halah*
“Brengsek lo!” Desis Ify dan langsung keluar dari mobil Rio. Air mata
yang sedari tadi ditahannya meluruh begitu saja ke permukaan pipinya. Ia pun
kini membiarkan saja, seberapa banyak air mata yang diteteskannya ia tidak
peduli. Tentu saja, karena malam ini, malam terakhir dirinya meneteskan air
mata, khusunya untuk Rio. Jangan harap gue bakal berharap lagi sama lo, Yo!
Jangan harap!
Rio ikut keluar. Niatnya untuk menahan ify sekaligus menjelaskan apa
yang barusan ia lakukan pada Ify agar gadis itu tidak salah paham. Tapi Ify
berlari begitu cepat dan tiba-tiba saja masuk ke dalam sebuah mobil yang belum
lama berada disana. mobil tersebut langsung melaju ketika Rio hendak mendekat.
Tinggal-lah Rio kini yang berdiam diri tanpa tau apa yang bisa ia perbuat
sekarang, untuk gadisnya, gadisnya yang sudah mengambil langkah pergi darinya.
Dan mungkin..gadis itu sudah melangkah cukup jauh.
***
Pagi yang indah meski diselimuti langit mendung dan hawa dingin. Ify tak
cukup peduli. Pagi ini, entah mengapa moodnya begitu terasa sangat baik.
Terlepas dari kejadian semalam yang tidak akan diingat-ingatnya lagi. Termasuk
pemuda yang membuatnya tidak ingin mengingat apa yang terjadi semalam itu.
terutama ketika pemuda itu...aah sudahlah, jangan diingat-ingat kembali. Itu
lembaran lama. Gue udah tutup buku dan ganti buku yang baru.
Ify keluar rumah dan seketika kaget. Sebuah mobil yang sangat dikenalnya
terparkir manis di depan pagar rumahnya. Mobil milik pemuda yang semalam
memberinya kenangan kurang menyenangkan. Rio! Ify mencibir melihat pemuda itu
keluar dari mobilnya. Mau apa lagi sih? Rese banget ngilangin mood bagus
pagi-pagi! Batinnya.
Ify berjalan mendekat menuju pagar. Tak ada senyum yang mengembang di
bibirnya ketika melihat Rio. Rio merasa tidak masalah akan hal itu. wajar saja
gadis itu tak ramah. Ia masih beruntung karena Ify hanya memandangnya sinis,
tidak sampai memikul kayu dan memukulkan benda itu padanya dan mobilnya lalu
dirinya diteriaki dan diusir dengan cara yang tidak bersahabat. Banyak-banyak
sabar, Yo!
Rio kemudian berjalan ke pintu mobilnya sebelah kiri bertepatan dengan
sampainya Ify di muka pagar. Ia kemudian membukakan pintu mobilnya tadi dan
mengode Ify agar masuk. Akan tetapi, Ify hanya diam dan sepertinya pura-pura
tidak mengerti. Gadis itu justru memalingkan wajah ke arah lain.
Tiba-tiba sebuah ninja hitam berhenti tepat di depan mobil Rio. seorang
pemuda yang mengendarainya membuka kaca helm dan menyuruh ify naik. Ify dengan
enteng menuruti dan mengabaikan ajakan Rio bahkan Rio sendiri. Dengan segera
ninja tersebut melesat dan menghilang dari pandangan.
Sementara Rio, ia menutup pintu mobil yang ia buka tadi dengan keras.
Tangannya mengepal. Bukan karena Ify, tapi karena orang yang lancang melarikan
gadisnya itu.
***
“Ifyyyy lo mesti cerita sama gue! Ada apa sama lo sama Rio? terus, yang
nganter lo tadi itu siapa?” Celoteh Via ketika pada Ify ketika Ify baru saja
memasuki kelas. “Enak aja sama lo doang, kita-kita juga!” sela Agni. Via hanya
mengangkat bahu melihat itu dan menarik Ify ke kursinya. Ify memutar kedua bola
matanya malas. Sudah ditebaknya akan seperti ini. kekepoan teman-temannya itu
akan lebih besar dari seorang polisi yang sedang mengintrogasi teroris.
“Lo semua ga pada kepo bisa gak sih?” rutu Ify. ketiga temannya lantas
menggeleng dan menyengir ria. Lalu kemudian kembali mendesaknya untuk
bercerita. “Yaudah sih tinggal cerita aja susah amat!” balas Agni. Ify
menghembus poni depannya hingga sebagian beterbangan ke atas. “Ada syaratnya..”
gantung Ify. Kening Agni, Via dan Shilla mengerut. “Gue lagi gamau bahas cowok
yang duduk sama pacar lo itu, Vi. Jadi jangan ada yang nyebut-nyebut dia.” Kata
Ify mengultimatum. Ketiga temannya kemudian saling berpandangan. Via hanya
mengedikkan bahu sementara dua lainnya menurut.
“Jadi kita bolehnya kepoin apa dong? Yang bisa di kepoin dari lo kan
cuma Rio, Rio dan Rio. ga ada yang...” Tiba-tiba Shilla berhenti, ketika ketiga
temannya yang lain serentak menatapnya. Tentu saja dengan tatapan tak enak. Ia
menggaruk kepalanya tak mengerti. Apa ada yang salah darinya? Dari ucapannya....astaga!
Rio!
“Ah bete ah!” Air muka Ify seketika berubah kecut. Ia berdiri dari
kursinya dan kemudian keluar dari kelas. Agni dan Via lantas menatap Shilla
datar. Menyalahkan kepolosan gadis itu. shilla hanya nyengir seraya
menyembulkan kedua jarinya membentuk huruf v. “Piss hehe..” cengirnya canggung.
Sementara itu, ketika di depan kelas, secara tidak sengaja Rio baru saja
memasuki kelas. Ify dan Rio sempat bertatapan sebentar. Akan tetapi kemudian
ify melengos dan bertingkah seolah mereka tidak saling mengenal. Rio pun tak
jauh beda. Ia tak ambil pusing dan langsung saja menuju kursi tempatnya duduk
bersama Iel.
***
Bel keluar main berbunyi beberapa menit lalu. Debo tiba-tiba sudah
berdiri saja di depan kelas Ify dan melarikan gadis itu. ify tidak keberatan
sama sekali. kebetulan, ia sedang tidak mood menghabiskan waktu bersama Via,
Agni dan Shilla. Ketiga gadis itu pasti akan meneruskan kekepoan yang tertunda
mereka. Dan hal yang ditakutkan Ify, kejadiannya sama seperti tadi pagi, bahwa
salah satu dari ketiga sahabatnya itu secara sengaja atau tidak sengaja akan
menyebut-nyebut nama Ri....aaaah! kenapa keinget lagi sih?!!
“Fy, lo sama si Rio sekarang gimana?” kata Debo tanpa dosa. Tanpa
memperhatikan bahwa hamster di sebelahnya itu belum kembali menjadi hamster,
akan tetapi masih mempertahankan wujud singanya, apalagi dengan dirinya yang
dengan entengnya menyebut nama orang yang menjadi penyebab utamanya gadis itu
berubah menjadi singa. Sial! Umpat Ify dalam hati.
“Lo sama aja ya, bikin gue bete! RRR!!!” katanya geram dan berjalan
cepat meninggalkan Debo. Debo bingung. Akan tetapi, ia sedikit menyadari apa
kesalahan yang ia lakukan. Ia telah menyebut nama...Sssst! Tidak boleh
disebutkan!
Ify berjalan cepat meninggalkan Debo. Tidak peduli bahwa dirinya
sendirian sekarang. Moodnya makin buruk. Padahal tadi pagi ia merasa begitu
baik. Shilla! Debo! Couple of the day deh lo bedua! Sama-sama bikin gue bete!
Bete! Bete bete bete be..
BUK! BRAK! *halah*
Ify tak melihat-lihat arah jalannya hingga tak sengaja ada seseorang
yang ditabraknya dari depan. Orang itu tengah membawa beberapa buku cetak yang
tebalnya lumayan. Lumayan untuk melempar seekor anjing yang mendekat hingga
pingsan. Ify sedikit banyak mengenali wajah dari orang yang ditabraknya itu.
apalagi sepatunya...iya! gadis sepatu pertama! Mata Ify lumayan melebar akan
tetapi sebisa mungkin dinetralisirnya dan tidak menimbulkan kecurigaan.
“Maaf gue..gak..sengaja..” ujar Ify takut-takut. Mengingat buku-buku
yang dibawa gadis tersebut berserakan di lantai akibat ia tabrak. Gadis itu
hanya memandangnya datar dan lumayan jengkel. Ify menggaruk tengkuknya bingung.
“Gu..biar gue yang ambilin bukunya..” katanya kemudian. “Gak usah!” balas si
gadis jutek. Baru saja dirinya hendak bergerak turun, Ify sudah mendahului
posisi yang ingin dicapainya. Ify kemudian mengumpulkan beberapa bukunya yang
berserakan tadi.
Gadis tersebut mendengus kesal lalu dengan keras mendorong Ify hingga
terduduk. Ify kaget. Ia tidak menduga gadis itu akan semarah itu. horor nih
cewek! Sereeem! Pikirnya. Gadis itu kemudian memunguti buku-bukunya sendiri.
Dari arah depan dan belakang mereka, terlihat dua pemuda berbeda yang ingin
mendekat. Hanya saja salah satu dari dua pemuda itu sudah sampai duluan dan
mendekati Ify yang terduduk. Menanyakan apakah gadis itu baik-baik saja serta
alasan mengapa gadis itu bisa dalam posisi seperti itu. Sementara yang satu
lagi menghentikan langkahnya spontan. Ia lantas hanya memandangi dua sejoli
yang sedang duduk itu, yang salah satunya ia ingin hampiri tadi.
Gadis sepatu sudah selesai dan berdiri. Lalu kemudian menatap Ify masih
dengan tatapan tidak suka dan sinis. Ify menjadi takut sendiri. Jika tadi ia
dijolak, apa sekarang ia akan ditendang? Pikirnya. Gadis itu kemudian menatap
berurutan pada pemuda yang lebih dulu menghampiri Ify, pemuda terlambat serta
gadis di sebelahnya. Ketika matanya tertuju pada pemuda terlambat, ia tersenyum
miring. Entah apa arti senyumnya itu. kemudian air muka nya berubah masam
ketika menatap gadis di sebelah pemuda terlambat. Entah kenapa pula itu. yang
jelas, ia segera pergi ketika sudah puas menatapi orang-orang di sekelilingnya.
Kembali pada Ify yang kaget ketika melihat dua orang yang baru datang
beberapa meter di depannya. Seorang pemuda dan gadis. Pemudanya ialah orang
yang menjadi moodbreakernya sejak pagi hari. Dan ketika melihat gadis di
sebelahnya, moodnya makin dibuat rusak. Baru aja pisah, udah makin nempel aja
lo berdua! Rr! Gerutunya membatin. “Lo gak papa, Fy? Ada yang luka? Cewek tadi
kenapa sih? Kok dia kayak ga senang gitu sama lo? Lo kenal? Lo ada masalah sama
dia? Sejak kapan? Masalah apa?” tanya Debo, pemuda yang berhasil mendahuli
pemuda terlambat tadi untuk menghampiri Ify, bertubi-tubi.
Jika saat ini tidak ada Dea dan Rio, dua sejoli yang baru datang tadi,
mungkin Ify sudah menggetok (?) kepala Debo dengan sepatu dan menyumpalkan kaos
kaki yang ia pakai agar pemuda itu tidak bertanya lagi. Yaolooh, apes banget
sih mood guee! Ringisnya dalam hati. Ia menarik nafas panjang dan menghembusnya
pelan. Ditatapnya Debo lalu kemudian tersenyum manis. “Gue gak papa lagi. Lo
tuh udah kayak emak-emak kehilangan duit seribu tau gak! lucuuuuuu bangeeet!!”
Kikik Ify dan tiba-tiba saja mencubit gemas pipi Debo yang lumayan berisi.
Membuat masing-masing yang ada disana tercengang.
Terutama...Rio. Pemuda itu mengepal tangannya kuat, menekan apapun yang
berjangkit dalam dadanya. Debo sendiri kaget. Ify mencubit pipinya tidak
sembarang waktu dan setiap saat. Momen seperti ini harusnya didokumentasi.
Tapi, tidak perlu sih, karena dirinya tidak akan mungkin melupakan momen se-Wow
ini. Gue mesti koprol! Joget gang nam style sambil bilang cetaaar membahana!
Pikir Debo asal karena teramat senang. Ify lantas berdiri dan kemudian berjalan
pergi dari tempatnya semula dengan Debo yang mengekor dari belakang.
Rio yang ditinggal hanya bengong. Dea yang bingung dengan kediaman Rio
kemudian menyadarkan pemuda itu. “Kak? Gak papa?” Tanyanya khawatir. Rio
menoleh dan menggeleng pelan.
***
“Lo duduk disini ya, gue pesen makanan dan lo jangan kemana-mana! Inget,
jangan kemana-mana!” perintah Debo. Ify tersenyum geli melihat tingkah secadnya
itu. Akhirnya, setelah sedaritadi moodnya dibuat turun kini mulai naik kembali
karena pemuda itu, Debo. Ngeselin sih, tapi untungnya lo bikin mood gue baik,
Deb. Hehe. Batin ify. “Iya ah bawel lo!” katanya sambil menggelengkan kepala
geli. Debo kemudian pergi memesan makanan dan meninggalkan Ify sendirian
disana.
Pulang sekolah, Debo mengajaknya makan siang di cafe dekat sekolah.
Lagi-lagi ify menurut. Sekalian mengisi waktu luang, pikirnya. Alasan basi sih,
tapi memang itu adanya. Lagijuga, daripada gue ntar malah kepikiran Rio,
mending ngikut Debo. Astaga! Baru aja gue bilang, kesebut lagi kan tuh orang.
“Misi, kursi penuh, boleh gue nyempil disini?” Tiba-tiba seorang pemuda
seumurannya, mungkin, muncul di hadapannya dan meminta izin untuk menumpang
tempat di meja yang ia tempati. Ify cengo. Ia spontan melihat sekeliling dan
memang benar apa yang pemuda itu katakan. Semua meja penuh. Wajar sih, karena
cafe ini tidak terlalu besar dan memang selalu ramai. Ify kemudian kembali pada
pemuda yang baru datang. Setelah dipikir-pikir, tak masalah sih baginya. Toh
kursi di mejanya ada 3, satu sudah ia tempati, 1 untuk Debo dan 1 lagi masih
kosong.
“Oh yaudah,” ujar Ify sekenanya. Pemuda tadi tersenyum manis dan lekas
duduk. Ia mengangkat tangannya menyuruh pelayan yang membawa makanannya ke meja
yang ia tempati sekarang. Setelah menaruhnya di meja, pelayan tersebut pergi
dan tinggal-lah kini Ify berdua dengan pemuda tesebut. Pemuda itu sibuk
mengurusi makanannya yang baru datang. Sementara Ify yang bosan tidak ada
kerjaan, hanya memandangi apa yang digeluti pemuda di depannya.
Ify memperhatikan wajah pemuda itu. manis, tinggi, mancung dan agak
putih. Mirip Rio...Innalillahi! masiiih aja gue ingat tuh orang! Ify
memukul-mukul kepalanya pelan. Dengan harapan otaknya tidak akan lagi
mengingatkannya pada seorang pemuda bernama Mario. Lupakan, Fy! Lupakan!
Katanya dalam hati, menyuruh diri sendiri. Pemuda yang Ify perhatikan tadi
menoleh dan bingung melihat gadis itu. apa kedatangannya mengganggu hingga
gadis itu memukul-mukul kepalanya sendiri?
“Lo gak papa?” tanyanya takut-takut. Ify terkejut dan freeze seketika.
Menyadari apa yang ia lakukan bisa dianggap aneh oleh pemuda di depannya. “Hah?
Enggak,” katanya sekenanya, lagi. Pemuda di depannya itu mengangguk pelan. “Lo
gak makan? Udah mesen?” tanya pemuda itu lagi. Ify mengangguk dan enggan
menjawab. Keburu salting sih. Pemuda di depannya mengangguk lagi. “Lo sekolah
mana?”
“Hah?” ulang Ify. pemuda di depannya kemudian tertawa. Ify terlalu grogi
menurutnya. “Ga usah kaku gitulah, santai aja, gue bukan polisi yang bakal
nangkep lo kali!” ujarnya. “Iya, hehe” lagi-lagi Ify menjawab sekenanya,
seadanya yang melintas di fikirannya. Tiba-tiba pemuda tadi menyodorkan tangan.
Ooh mau ngajak kenalan, pikir Ify. “Gue..”
“Ify!” belum sempat pemuda tadi berbicara, Debo datang dan memotong.
Debo bingung akan manusia yang menempati mejanya berkembang biak, bertambah
satu orang. Seorang pemuda lagi. Gak bisa dibiarin! Katanya dalam hati. “Lo
siapa?” tanyanya tak ramah. “Tempat duduk banyak kenapa lo malah kesini? Pindah
sana!” katanya lagi. Kening Ify mengerut bingung dengan Debo yang tiba-tiba
kesal. “Deb, tempat penuh, gak ada salahnya dia numpang.” Ujar Ify agar Debo
tenang. Bukan apa-apa sih, tapi karena Debo yang menggerutu seperti itu,
beberapa penghuni meja lain pada melihat ke arahnya.
“Ini kan waktu berdua gue sama lo Fy, gak boleh ada yang ganggu.” Kekeh
Debo. Ify menggaruk kepalanya tak tahu harus apa. “Besok gue makan sama lo lagi
deh, ribet amat. Udah ah cepetan duduk, diliatin orang-orang tau gak!” kata
Ify. meski masih tidak ikhlas, Debo pun akhirnya menurut. Berhubung itu ify
yang menyuruhnya. Karena lo aja nih, Fy!
“Lo siapa?” tanya Debo lagi. Nada suaranya masih sama, masih tidak
bersahabat. Pemuda tadi tersenyum miring. Bukannya menjawab, ia malah menoleh
pada Ify. “Dia pacar lo?” tanyanya pada Ify. Mata Ify membelalak. “Hah?!” Lalu
menggeleng keras. Debo manyun. Bilang iya aja kenapa sih, Fy? Gak panjang kok.
Pemuda tadi tertawa lagi. “Lucu lo bedua, yang satu hah-hah mulu, yang
satu jutek mula. Cocok deh cocok!” Debo masih saja manyun sementara Ify hanya
garuk-garuk kepala. Pemuda yang menumpang itu kemudian duduk tegap seraya
memperbaiki kerah baju lalu menyodorkan tangan kembali. Ingin memperkenalkan
dirinya sekali lagi. “Kenalin, gue...” ia agak menjeda bicaranya karena
mengubah posisi dan bergeser mendekat ke arah Ify. tepat disebelah ify.
“Gue..calon pacar Ify.”
Mata Debo melotot. Sepertinya ia akan mengoceh lagi. Ify langsung
menepuk jidatnya dan menatap pasrah ke arah Debo. Debo langsung berdiri dan
menarik Ify menjauh dari pemuda tadi. “Calon pacar pantat lo! Ify udah punya
calon dan calonnya itu gue. Bukan lo! Enak aja nikung-nikung!” protes Debo.
Sontak Ify, Debo dan pemuda tersebut menjadi tontonan utama di dalam cafe. Ify
duduk kembali di kursinya dan menutup muka pasrah sekaligus malu. Streees gue
streeees!
“Becanda kali! Haha..Oke gue serius. Gue Tristan, dari Al-Izhar. Kalo
kangen gue mampir aja kesana, haha” Ujar Tristan, pemuda yang menumpang
tersebut, masih dengan canda ringannya.
Dilain meja, ada 3 muda-mudi, 2 pemuda 1 gadis yang menghuni disana.
sedari tadi, pekerjaan mereka hanya memperhatikan meja paling sudut, tempat
Ify, Debo dan pemuda yang menumpang. Via, Iel dan...Rio! Pulang sekolah, Rio
memerintahkan Via dan iel ikut bersamanya memantau Ify dan Debo. Hingga
sampailah mereka di cafe ini dan beruntungnya belum ketahuan sampai sekarang.
Iel dan Via tersenyum geli melihat muka masam Rio. jarang-jarang Rio
bertingkah seperti itu, apalagi karena seorang wanita. Itu sudah lamaaaa
sekali, setelah kepergian Acha. “Cemburu ya, Yo? Acieee! Makanya, jangan gede
gengsi! Haha..” Ledek iel. Rio tak menanggapi. Matanya masih fokus
memperhatikan ify dan pemuda aneh di sekitarnya. Tentunya dengan perasaan tak
suka. “Ify tuh buang sial, Yel. Liat aja, lepas dari Rio, yang nyantol banyak
aja, haha..” timpal Via. Lantas kedua sejoli itu tertawa serentak meledeki Rio
yang sedang ‘panas’.
“Rese lo pada!” Serah Rio dan berdiri dari kursi lalu kemudian pergi
meninggalkan Via dan Iel berdua. Via dan Iel lantas saling berpandangan lalu
tertawa lagi.
***
Malam ini Ify mengunjungi papanya kembali di rumah sakit. Namun sebelum
itu, ia lebih dahulu berkunjung ke ruangan dokter Obiet untuk menanyakan
perkembangan kesehatan papanya, apakah membaik atau justru memburuk. Namun baru
saja masuk ke dalam Kenko, ia tidak sengaja melihat si gadis sepatu pertama
sedang duduk menunggu disana. Gadis itu berpenampilan agak berbeda. Lebih
dewasa sehingga dirinya terlihat bukan lagi seperti anak SMA, melainkan seorang
perempuan usia 25 tahun yang baru menikah.
Lebih membuat aneh lagi adalah gadis itu duduk dibagian tunggu untuk
pasien yang ingin memeriksakan kandungan. Mata Ify menyipit meyakinkan bahwa
dirinya tidak salah lihat. Dan memang benar, ia tidak salah, gadis itu si gadis
sepatu pertama dan dia menunggu di bagian kandungan. Banyak pertanyaan aneh
yang bermunculan dibenak Ify dan keseluruhan banyak yang mengarah ke yang tidak
baik. Ify menggelengkan kepala. ia tidak ingin berpikiran negatif dahulu. Siapa
tahu gadis itu hendak menemani kerabatnya. Ya, bisa saja.
Ify membuntuti kemana gadis sepatu itu pergi hingga ke ruang periksa. Ia
mengintip dan menguping dari luar. Kebetulan, tempat periksa itu sepi dan tidak
ada yang lewat. Ia dapat mendengar ada beberapa orang yang berbicara di dalam.
Tapi ia tidak dapat mendengar jelas apa yang mereka perbincangkan. Ify makin merapatkan
telinga ke pintu. Masih berusaha agar ia dapat mendengar jelas sehingga ia
mengetahu apa tujuan gadis sepatu itu berkunjung kesana, ke bagian kandungan.
“Fy!” Seseorang tiba-tiba menepuk pundak Ify dan mengetahui aksi
mengupingnya. Orang tersebut tak lain merupakan seorang dokter yang menangani
papanya sekaligus dokter yang niatnya ingin ia kunjungi tadi. Sebelum ia
melihat si gadis sepatu. Dokter Obiet.
“Kamu ngapain?” tanya Obiet bingung. Ify yang kaget langsung memperbaiki
posisi berdirinya menghadap Obiet. Ia menyengir menghilangkan grogi karena
ketahuan oleh lelaki paruh baya itu. “Enggak dok, cuma penasaran, hehe” kata
Ify ngeles seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Obiet yang bingung pun
mengintip sedikit ke dalam lalu beralih pada Ify. “Kamu...siapanya Angel?”
tanyanya kemudian.
Oh..jadi namanya Angel..kok serem? Batin Ify polos. “Temen...sahabatnya,
Dok. Cuma..” gantung Ify. Berharap Obiet akan menyela bicaranya dan...berhasil.
“Cuma?” Ify tersenyum ragu meski dalam hati senang karena pancingannya
berhasil. “Dia akhir-akhir ini berubah, Dok. Jadi lebih pendiem dan...agak
sensitif gitu..” ujar Ify bohong. Tak sepenuhnya bohong sih, kalo masalah
sensitif itu memang benar. Buktinya, beberapa kali bertemu gadis itu, Angel, ia
selalu mendapat amukan. Senyum ramah tak pernah ia terima sekali pun.
Obiet diam memandang Ify. ia tampak memikirkan sesuatu. Lalu kemudian,
ia tiba-tiba menyuruh Ify mengikutinya. Ify menurut. Ia begitu penasaran akan
Angel. Dan sepertinya ia akan segera menemukan jawaban akan penasarannya itu,
karena Obiet.
***
Haaaaaiiiiii hahahahaha ngaret banget yak gue? Dasar admin dan author
php ya gue -___-v maaf deh pemirsah, lagi sibuk ngurusin sekolah cyiiiin
tugas-tugas banyak banget ulangan juga apalagi x_x makanya, kasihanilah guee
jangan pada nagih mulu *peres* Okedeh cukup sekian, semoga kita masih berjumpa
di part selanjutnya *kalomasihadahahaha*
Jelek ya? Haha, saya tahu kok. Maklum saya bukan penulis. Maafkan ke
gajean dan ketidakjelasan cerita. Ini hanyalah fiksi belaka =D
hai nita.. atau nati lah cpa nmanya .. gue gk pduli. .#jhatbangetyakk ,,#
BalasHapus, tau gak gue ngepans banget sama cerbung loo ini sumpah krenss banget .
gue bacanya smbil mndalami banget gtu . .ktwa" sndiri..snyamsnyum sndiri. .bhkan nngis" sndiri ..
#kyk orgil gtuh# hahahah
>> (gue mau curcol nih critanya. .*bleh yah ??bleh dongss* bleh aja lah ya* )
gininih .. skrang kan jarang gtu yah yang bwat cerbung kyk gini smnejak udh gak ada IC lgi gtu yah . .
nah inisiatip #halah# . .buka google cari" gtu crbung anak ic. .
banyak sih .. tpi tak sdikit yg mmbosankan dan gk mnarik untuk di baca gtu .
nahh ,., ktemu sma blog.y (nitanati 'matchmaking') ..di jdulnya mnarik gtu . .gue cba baca gtu ,, eh krennn bgt. .
gue baca smpe 3 part. . ketgihan trus . .smpe ininih gue lgi UAS ,, smpet"in baca cerbung lo ini ,., hbis krens banget c ,,.
nah . .smpe' lah di part 18 gue.. pas mau ke part 19 . .'lohh kok isinya sama' . .
hmmmmm. .aq lnjutin pncarian di postingan lo kan yah . .ktmu nih di part ini part 19 bgian B .. #what . . boro" yah ,, part 19.y aja blum, ,mau ke bgian B ,, bgian A jga blum .. tpi gue cba bca part ini cpa tau aja nymbung gtu sma part sblumnya .. ehh trnyata tdak ..
nahh #nah'muluuuukk#
.gue mau tanya sama lo .. kmana part 19 sama part 19 A nya . .
GUE TERSIKSA SAMA RASA PENASARAN GUE NITA. .
JAHAT BGT SIH LO. .
#hehehe . .gue harap lo cpet" deh baca nih coment gue. .gue udh gk sabar . .
ohh ya knalin.. gue oca' . .
heheh . slam knal yah ..
. .
haaaaaai ocaaaaaaaa!!!!!!!!!!!! hahahaha gokiiiil, panjaaaang hahahaha bikin cerpen bisa tuh satu =))
Hapussorry baru bales, baru selesai UAS sih jadi baru deh bisa leha leha (?)
heeeeeeh emangnya cerbung gue narkotika bikin ketagihan? -..-
belum gue post ya yang part A???? :O:O:Ox_x
hahaha maap maap, gue kira udah, banyak tempat nge post sih jadi lupa *halah* hahaha
sipp ntar gue post kok yang A -..-
panggil aja gue nita, atau norma aja karena yg namanya nita kayaknya di icl udah ada -..-v
salam kenal jugaaa :D
hehehe . .jiaaahh. .buukk . gk ada niatan saya bkin cerpen amburadull gtu . .
BalasHapus.. ehh ,,. tpi emng pnjang banget yahhh . .
ckkckkckck . maklum kbawa pidatoo . hahhaha . .
udh slesei yahh UAS.y . .sma deh klo gtu . .
jiaaaahh . .pantesaann . .
gue bingung tauu ...
di post dong . atau qmu ngepost di fb ??
fb qmu apa ??
nita aja deh . ..
norma kyk lagunya noah dlu .. 'diatas norma' #jiaaahhngelawakkkk
..
sippsss.. .
kereeeeeeeeeeen hahaha! udah di tungguin jugaaaa, lanjut ya lanjut jgn ngaret wkwkwk. salam kenal! :)
BalasHapusKereennn critanya..
HapusCpet-cpet ya lanjutannya...
kereen.
BalasHapuscepet ya part selanjutnya.....
cepetan lanjuutttttt
BalasHapusnitaaa lanjutin dong hehhe ditunggu, aku baca cerbung kamu dri 1-19 tuh cm 2 hari sampe mata bengkak #engga jg sih wkwkwkw lanjt yaaa ditunggu berattt
BalasHapusmehehehehe udah di lanjuuut u,u
Hapus