Baca post-an mimin sebelumnya! Bacaa! wkwkw tapi yang ikhlas yaaaa -,-v
Btw, mimin nyicil disini aja deh. ntar kalo udah lengkap mimin post di fb ya .-. soalnya mimin takut, ini kan baru Rify doang, nanti mimin dibilang pilih couple (?) Jadi karena ini media pribadi, jadi gapapa dong yaa hehehe -.-v
yowes, sok baca dibaca! jangan protes! wkwkwkwk~
***
“Jangan
ganggu Ify.” ujar Rio tepat ketika gadis itu berada di sampingnya. Langkah
gadis itu terhenti kembali.
Meski
suara Rio pelan akan tetapi masih terdengar sangat jelas di telinga Angel,
gadis itu. Keduanya serentak menolehkan kepala dan menatap satu sama lain. Rio
menatap Angel datar sementara Angel menatap Rio bingung. Ify? Tanyanya
membatin. Selama ini, ia belum pernah mengenal seorang pun bernama Ify. Kalau
Fify ia tahu karena itu adiknya. Tapi kalau Ify, siapa ya? Angel tetap diam
untuk beberapa saat lamanya. Ia masih memikirkan siapa manusia bernama Ify yang
dimaksud oleh pemuda di sampingnya itu, yang sejujurnya juga tak ia kenal.
Tak
sengaja mata Angel menangkap keberadaan Ify yang badannya sebentar-sebentar
menyembul dari balik dinding tempat gadis itu bersembunyi. Alisnya terangkat
satu. Ia bergantian melirik Rio dan Ify. Rio memperhatikan gerak mata Angel
yang berubah-ubah. Ia menggerakkan kepalanya hendak menghadap ke belakang,
mencari tahu apa yang sedang Angel perhatikan selain dirinya. Akan tetapi gadis
itu cepat tanggap dengan menahan bahu kanannya. Ia pun kembali menatap gadis
misterius di depannya kini.
Tak
begitu lama, karena setelah itu ia menjatuhkan pandangan pada genggaman Angel
di bahu kanannya. Kode agar Angel segera menjauhkan tangannya itu dari sana.
Angel pun lantas menjauhkan tangannya dari pemuda itu. Boleh dibilang kepekaan
Angel cukup baik. Ia mengambil ponselnya di kantong dan menghadapkan layar
benda berbentuk petak tersebut ke wajah Rio. Rio memperhatikan bayangan yang muncul
dari layar ponsel Angel dan tertampak di matanya sesosok perempuan di belakang
sedang melihat ke arahnya. Atau lebih tepat mengintip keberadaan dirinya dan
Angel. Ify?
“Maksud
lo dia?” tanya Angel sepelan mungkin agar Ify tak dapat mendengar jelas. Dan
benar saja, di belakang sana, Ify kesulitan sekali menangkap suara yang
dikeluarkan Angel. Bahkan sedari tadi gadis itu tidak dapat mendengar apapun.
Ia hanya dapat melihat gerak-gerik dari Rio dan Angel yang tidak wajar baginya.
Dan kecurigaannya menguat ketika Angel menahan bahu Rio. Sejujurnya Ify ingin
buru-buru angkat kaki. Akan tetapi, berlawanan dengan keinginan hati, otaknya
memerintahkan kedua pelangkahnya agar tetap diam. Jadilah, dirinya masih tetap
–berusaha- menguping pembicaraan Rio dan Angel sedari tadi.
Rio
bergeming. Tanpa menjawab apa-apa, Angel dapat melihat pembenaran dari ekspresi
wajah Rio. Angel tersenyum miring selagi memasukkan kembali ponselnya ke dalam
kantong rok. “Dia cewek baik-baik,” ujar Angel. Alis Rio terangkat sebelah. Ia
tidak begitu mengerti maksud Angel. Angel mendekatkan wajahnya ke telinga kiri
Rio seperti ingin membisikkan sesuatu dan anehnya Rio tidak menghindar.
Dan
hal itu membuat dentuman keras pada jantung gadis yang bersembunyi di balik
tiang beton di belakang mereka. Penafsiran yang salah banyak berkutat dalam
kepala gadis itu saat ini. Angel melihat benar perubahan yang terjadi pada
wajah Ify. Ia hanya tersenyum. Bukan senyum licik ataupun senyum senang diatas
kepiluan seseorang. Entahlah, dirinya hanya tersenyum. “Jangan ganggu
Ify...keknya cewek rambut pendek itu juga pengen denger,”
Rio
makin dibuat bingung. Tolonglah, gue bukan lo yang ngerti kode-kode-an.
Setidaknya itu yang ingin diutarakannya dengan air muka seperti sekarang.
Dengan kurang ajarnya –bagi Rio-, Angel berlalu begitu saja tanpa menuntaskan
ketidakjelasan di benak Rio. Rio berbalik badan hendak memanggil kembali.
Namun, keberadaan Ify yang terekspos di matanya secara otomatis mengubur
niatnya dan justru memusatkan Rio pada gadis itu.
Ify
menggeser posisinya ke sisi beton yang lain demi menghindari Rio yang dirasanya
makin dekat ke arahnya. Ia memanfaatkan frekuensi bunyi langkah kaki Rio yang
sampai tidak terdengar sama sekali sebagai tanda bahwa pemuda itu telah menjauh
darinya. Hingga beberapa lama, bunyi langkah itupun terdengar senyap alias
menghilang. Ify menghunus nafas keluar. Ada sedikit rasa lega di dadanya. Hanya
sedikit, tentu saja karena ada hal lain yang membuat dadanya akan kembali
bergejolak hebat, yakni hubungan antara Rio dan Angel.
“Ngapain
lo?” Suara itu secara tiba-tiba menggema di telinga kiri Ify. sedikit
membuatnya geli. Namun, sepertinya tidak begitu berefek. Yang membuatnya
tergerak justru pemilik suara tersebut. Rio, yang kini berada di sampingnya,
berdiri menyandar ke tiang dengan posisi menghadapnya. Ify terlonjak kaget dan
sedikit mendorong badan bagian atasnya ke belakang. “Lo?!! Kok, lo?!! Isss!”
Keterkejutan Ify lantas berujung pada kekesalannya dengan pemuda di sampingnya.
Kenapa sih gue selalu ketahuan sama nih anak? Batinnya menggerutu.
Ify
melirik sinis ke arah Rio yang memasang tampang polos di depannya. Ia kemudian
melangkah pergi dengan hentakan-hentakan keras dari kaki yang ia sengaja buat
sebagai akibat kekesalannya yang mulai beranak-pinak saat ini. ia terus-menerus
menggerutu, mengumpat sebal sepanjang kakinya melangkah. Sementara Rio yang
kini telah dalam posisi berdiri tegap memperhatikan sejenak pergerakan Ify yang
menjauh. Gadis itu terlihat lucu dengan caranya mengungkap kekesalan. Rio tak
ayal tersenyum tertahan, menahan kekehan kecil dari dalam dirinya. Tak banyak
menghabiskan waktu, ia lekas menyusul Ify yang sudah berjalan cukup jauh
darinya.
***
Dua
sejoli ini saling diam. Tidak ada saling pandang dan tidak ada balas bicara.
Mereka hanya berjalan melalui jalur masing-masing bersama angin yang berhembus
sopan mengirama seiring langkah Ify dan Rio. Ify malas buka suara. Takut-takut
kalau pemuda di sebelahnya justru akan terganggu jika diajak bicara. Apalagi
yang mengajak bicara itu dirinya. Yaah mengingat riwayat pertemuan mereka bilamana
Rio selalu menunjukkan sikap kesal padanya, apapun itu yang ia lakukan.
Termasuk mengajak bicara.
Sementara
Rio, ia tak jauh beda. Pemuda itu ikut-ikutan juga malas buka bicara dengan
alasan yang sama, karena takut Ify terganggu. Ia takut lidahnya bertindak
kurang ajar sehingga mengeluarkan kata-kata tidak mengenakkan, khususnya untuk
Ify seperti yang sudah biasa ia lakukan ketika bertemu pandang dengan gadis itu.
Huft..
Tanpa
sengaja, Ify dan Rio menghela nafas bersamaan. Lantas, mereka pun menoleh satu
sama lain. Tak lebih dari tiga detik, gelak tawa dari mereka berdua terdengar. Lucu,
iya, lucu. Ketidaksengajaan yang geram akan ke-tidak-mau-mengalah-an Ify dan
Rio yang akhrinya mengambil langkah pertama menyempil di antara mereka berdua.
Yang sekaligus telah berjasa membuat Ify dan Rio tak perlu susah-susah
menentukan siapa yang harus memulai pembicaraan duluan.
Diam-diam
Ify memperhatikan Rio di sela-sela tawa ketika pemuda itu tidak melihat ke
arahnya. Ia menyadari perasaannya pada pemuda itu belum sepenuhnya hilang.
Bahkan sepertinya sedikitpun tak ada yang melarikan diri. Semuanya masih
tertata rapi di sudut hati kecilnya. Kapaaan gue bisa ngelupain lo, Yo? Kapaaan?
Desis Ify pelan dalam hati. Jangan sampai terdengar, atau lebih tepat terbaca
oleh Rio. Ia sudah bosan dengan aksinya yang selalu tertangkap basah oleh
pemuda itu.
“Kenapa
ngeliatin gue gitu?” ujar Rio tiba-tiba. Ify terperangah dan memalingan wajah
segera. Baru aja gue bilang. Ck!
“Hah?
Enggak...heran aja lo ketawa pas sama gue, haha” Ify tertawa lagi. Tidak terlalu
membual, karena sejujurnya ia lumayan surprise dengan Rio tertawa, bersamanya.
Tolong di bold kata itu, bersamanya.
Rio
menoleh ke arahnya dengan wajah menuntut penjelasan. Ify melihat itu dan lantas
melanjutkan setelah menyelipkan beberapa helai rambut yang melewati daun
telinganya. “Lo itu, ketika sama gue, kalo gak jutek, ya marah-marah. Mana
pernah senyum apalagi ketawa,” Ia tertawa lagi, begitu pula Rio. “Lo inget yang
jelek-jelek dong sih!” balas Rio setelah tawanya meredam. Ia tersenyum miring.
Tak ada maksud apa-apa, ia hanya tersenyum.
“Namanya
juga manusia. Yang jelek-jelek pasti cepet ketanem, paling sering di inget
dalam otak!” Sahut Ify. Setelah itu, tidak ada yang bersuara. Kembali hening
seperti awal perjalanan bersama mereka berdua. Beberapa langkah berjalan, Rio
kemudian mengalah dan memulai pembicaraan lagi. Kali ini, ia tidak membiarkan
ketidaksengajaan mengambil alih suasana. “Om Ferdi gimana? Ada perkembangan?”
Nada suaranya terdengar santai namun serius.
Ify
perlahan menghentikan langkahnya. Rio mau tak ikut berhenti. Sejurus kemudian
Ify melangkah lagi meski lebih lambat dari langkah sebelumnya. Rio pun begitu.
Ify sedikitpun tak menunjukkan air muka sedih atau khawatir. Ia tersenyum
tenang seraya mengedikkan bahu. “Hmm, ga banyak yang bisa diharepin. Gue cuma
bisa doa aja semoga papa bakal terus baik-baik aja.” kata Ify setenang
senyumnya sembari menghela nafas ringan.
Rio
memperhatikan Ify lama meski Ify tidak balik memperhatikan. Tidak memperhatikan
bukan berarti tidak merasakan, kan? Ify tak langsung menoleh. Ia membiarkan Rio
sejenak ‘menikmati’ wajahnya sekaligus menormalkan jantungnya yang tiba-tiba
saja berdetak kencang. Kenapa lagi kalau bukan karena Rio? Ia lalu merunduk dan
kemudian berpaling memandang Rio. belum sempat kepalanya tertoleh, tangan Rio
lebih dulu merangkulnya. Menariknya lebih dekat ke pemuda itu.
Ify
tak jadi menoleh. Pipinya sedang merah-merahnya. Ia khawatir Rio akan
menertawakannya jika melihat rupa wajahnya saat ini. Maka dari itu, ia jadi tak
berani memalingkan wajah dan tetap merunduk. Sekali lagi, tidak memperhatikan
bukan berarti tidak merasakan. Rio menyadari membekunya tubuh yang ia rangkul.
Ia lantas tersenyum geli. “Lo kayak baru pertama kali gue rangkul aja!” polos
Rio.
Ify
membeku lagi. Namun, kali ini alasannya berbeda. Lama-lama pemuda di sebelahnya
itu makin menyebalkan. “Lo!” sentaknya
pelan. Ia ‘mengusir’ kasar tangan Rio dari bahunya serta menyikut pinggang Rio
pelan. Rio tak lantas menjauh. Ia memegang bahunya sebentar lalu menyusul Ify
yang sudah berjalan lebih dulu. Ia kembali meletakkan tangannya di bahu gadis
itu. Meski mendapat penolakan keras dari sang pemilik, akan tetapi tangannya
terus lengket disana. atau mungkin sengaja dilengketkan.
Dan
tampaknya, Ify tak benar-benar ingin ‘mengusir’ tangan itu dari bahunya. Ia
mengulum senyum tanpa sepengetahuan Rio. Dasar nyebelin! Desis Ify dalam hati,
lagi. Namun, tak sampai disitu. Rio kembali berujar sok polos. Dan kali ini
benar-benar..
“Gue
cium aja lo gak masalah!” bisik Rio tepat di telinga kiri Ify. Ify berhenti
seketika dan memekik keras. “RIO!” Sejurus kemudian, ia menghadiahi Rio cubitan
sekaligus pukulan di pinggang dan bahu pemuda itu. Rio tak menghindar hanya
meletakkan kedua tangannya di depan menahan pukulan Ify yang makin lama makin
ganas. Ia terkikik senang. Ia sangat-sangat menikmati pemandangan tingkah laku
Ify yang sedang kesal. Sepertinya, ia sudah terlalu lama tidak menyaksikan
suasana seperti ini lagi. Hhh gadis ini!
“Ify!”
“Kak
Rio!”
Cengkrama
hangat itu kemudian berakhir ketika sebuah suara, bukan, tapi dua buah suara memanggil
nama mereka masing-masing. Gerakan tangan Ify berhenti dalam genggaman tangan
Rio. keduanya menoleh ke sumber suara, menatap dua orang yang telah mengganggu
‘urusan’ mereka. Tanpa sengaja, mereka kembali menghela nafas bersamaan.
Keduanya menyadari itu dan kemudian memandang satu sama lain. Ify tak
berlama-lama mengambil kesempatan bertatapan dengan Rio meski ia sangat
menginginkan itu. Ify menarik tangannya dan beralih merapikan seragam yang ia
kenakan.
Sementara
itu, Rio mendengus kesal. Ia mengutuk kedua manusia kurang ajar –menurutnya- di
depan sana, Debo dan Dea. Dan yang lebih membuat kesal adalah mengapa mereka
harus datang bersamaan? Kalau hanya Debo atau Dea yang datang, ia akan lebih
mudah mengambil alih Ify atau mengajak Ify tetap bersamanya. Tapi kalau main
keroyokan seperti ini, ia akan susah mendapatkan alasan mempertahankan Ify
apalagi hubungannya dengan gadis itu sedang tidak terlalu mendukungnya saat
ini.
Tapi
tunggu. Kenapa dirinya begitu menginginkan Ify? Sejak kapan? Pikir Rio
seketika. Namun, untuk kali ini, hembusan angin berhasil membawa lari
pertanyaan yang belum terjawab itu sehingga kembali memusatkan pikirannya pada
bagaimana cara agar Ify masih berada dalam ‘kuasa’nya.
“Ganggu
aja sih,” gerutu Rio pelan. Samar-samar Ify mendengar orang di sebelahnya
seperti mengeluarkan suara. Ia menoleh bingung. “Hah?” sahut Ify sekenanya. Rio
menoleh sebentar lalu melihat ke arah Debo dan Dea lagi. Tanpa pesan dan
aba-aba, Rio langsung meraih pergelangan Ify dan membawa lari Ify dan dirinya
sendiri dari Debo serta Dea. Ify yang tak tahu-menahu bahwa Rio akan membawanya
berlari hampir saja terjatuh. Beruntung karena tarikan Rio tidak terlalu keras
sehingga ia masih mampu mengendalikan berat tubuhnya.
Di
seberang sana, Debo dan Dea serentak memanggil Rio dan Ify. Entah suara mereka
yang terlalu minim volume atau dua sejoli itu yang sengaja tak mengindahkan,
Rio dan Ify sama-sama tidak menoleh dan terus saja bergerak menjauhi mereka.
Debo dan Dea saling berpandangan sebentar, lalu kemudian berlari mengejar Rio
dan Ify. Dasar anak-anak, gemar sekali bermain kejar-kejaran. Ckckck..
***
Maaciiiiiih :333 Maaf ya kalo ga sesuai (read:nyesek) u,u
aaaaaaaaaaa lanjottttttttttttttttttttttttt
BalasHapuslanjut cepet yaaaa :3
BalasHapusdikittttt banget min x_x
BalasHapuslanjut segeraa yaaa :)
BalasHapus