-->

Minggu, 25 Maret 2012

Matchmaking Part 1

C’est le part 1! Hehe, ngerti gak? u,u Part 1 nya udah jadi hehe. Mumpung ada waktu luang, karena minggu depan bakal jadi minggu nerakanya saya -_- banyak UH. Makasih yang udah baca, like n ngoment. Keep reading yaa haha. Part 1 ini belum terlalu gimana mungkin masih pengenalan peristiwa aja. Dan kayaknya ini dominan sama Alshill. Ga papa kan? =)
     Hop hop langsung aja yaw, semoga isinya tidak mengecewakan pemirsah!
***
    4 orang gadis terlihat tengah menikmati waktu lengang mereka setelah merasakan kepenatan selama 1 minggu di sekolah. Agni, Shilla, Via dan Ify. Mereka berada di rumah Ify sekarang, tepatnya gazebo halaman belakang rumah Ify. Rumah Ify tak terlalu besar, hanya saja ayah Ify sengaja membuat halaman yang agak luas di belakang rumah. Rencananya sih agar anak-anaknya nanti tak merasa bosan dan juga halaman itu dapat dijadikan tempat bermain mereka. Tapi kenyataannya, ia hanya punya seorang anak. Dan itu Ify. Istrinya, Mama Ify, meninggal saat Ify berusia 4 tahun akibat gagal operasi. Namun sampai sekarang, Ify tak tahu operasi seperti apa yang membuat Mamanya meninggal.
    Lupakan masalah itu, kembali kepada 4 gadis cantik tadi. Ify tak henti-hentinya memajang senyum sejak kemarin. Ia masih terlalu senang mengingat-ngingat kejadian UH nya waktu lalu. Via sudah biasa dengan tingkah sahabatnya itu. Ia pun tak terlalu menghiraukan. Sementara itu, Agni masih asyik dengan dunia game nya. Mata dan pikirannya terpusat pada PSP yang sedang ia mainkan. Lalu Shilla? Sudah setengah jam lebih gadis itu hanya menumpu dagu pada lututnya sambil sesekali melirik ke arah ponsel. Ia seperti menunggu sesuatu terjadi pada ponsel itu. Ia sendiri pun bingung dengan apa yang sedang ia tunggu.
    “Kenapa lo?” tanya Agni tanpa menoleh sedikitpun pada orang yang ia maksud. Via dan Ify serentak menoleh pada Agni, tak lama mereka kemudian menoleh ke arah Shilla. Shilla sendiri masih setia dengan posisinya semula. Ia tak ikut menoleh ke arah Agni maupun Via dan Ify. “Tahu!” jawab Shilla asal. Ia tahu ia yang Agni maksud.
    LOSE. Kata itu muncul di layar PSP Agni. Jempolnya berhenti menekan tombol-tombol yang ada. Ia pun mendesis pelan. Ia lalu meletakkan PSP itu dan kemudian mendudukkan badannya dimana sebelumnya ia membuatnya berbaring. “Alvin?” tanya Agni, lagi. Membuat Shilla akhirnya menoleh. “Dia lebih tua 2 bulan kali dari lo.” Protes Shilla.
    “Bodo!” Agni membuang muka dan lebih memilih memandang air mancur yang ada di halaman belakang rumah Ify. “Kalo kangen telpon aja lagi, gak usah galau gitu lah!” Kali ini Via yang berbicara. Ia menselonjorkan kakinya dan menyender pada papan tepi gazebo. Ia memejamkan mata sejenak. Ify hanya manggut-manggut mendengar Via. Ia duduk bersila sambil mengetuk-ngetuk pipinya yang ia gembungkan, dengan kedua telunjuknya.
    “Masa gue lagi sih?” lirih Shilla pelan. Ia pun menenggelamkan kepalanya, frustasi. Masa gue terus yang sms dia duluan? Aisshh. Batin Shilla galau. Agni kembali menoleh ke Shilla dan menggeleng pelan. Tangannya kemudian bergerak cepat mengambil BB Shilla. “Lama lo! Kebanyakan mikir lah,” Ujar Agni. Jempolnya menari indah di atas susunan tombol di BB milik Shilla.
    Shilla mendongak segera dan melihat Agni memegang BB-nya. “Heh, lo mau ngapain?!” tanya Shilla garang. “Mau sms Kak Alvin.” Jawab Agni santai.
    “WHAT?! Balikin BB gue!” Agni tak lagi mengetik. Ia pun mengembalikan BB itu kepada pemiliknya. Sang pemilik mengambil dengan kasar diikuti dengan tatapan singanya. Shilla langsung mengecek kembali BB-nya itu dan tak ada yang spesial. Semua masih sama seperti terakhir kali ia menggunakannya. Ia pun menghembuskan nafas lega.
    Melihat itu Agni tersenyum geli. “Tenang aja, udah gue send kok.” Agni sudah mengambil ancang-ancang untuk lari. Seketika nafas yang semula hendak dihembuskan Shilla, tertahan di tenggorokan. “WHAT?! AGNII LO NGIRIM APAAN?!!” Teriak Shilla sesaat setelah Agni melarikan diri. Agni berhenti dan melihat ke belakang.
    “MISS YOU DEAAR, HAHAHA!!” Teriak Agni dengan nada mengejek. Ia tertawa puas melihat Shilla mengamuk. “AGNI!!”
***
Dug..dug..dug. Suara pantulan bola begitu dominan terdengar di rumah Rio pagi ini. Dua sahabatnya, Iel dan Cakka asyik menguasai lapangan basket miliknya. Sementara sang pemilik rumah hanya berbaring menumpukan kepala di tangan. Awan sepertinya terlihat lebih menarik dibanding basket. Begitulah menurut Rio, pagi ini.
Rio terus menatap awan. Membuatnya berkhayal tak jelas. Seakan-akan ada awan yang berbentuk naga disana, anak anjing bahkan kedua wajah sobatnya, Iel dan Cakka. Ia tertawa kecil saat wajah mereka muncul. Alvin? Ah, gue jadi kepikiran Alvin. Batin Rio. Tangan Rio bergerak menjelajah kantong celana pendeknya dan keluar bersama ponselnya pula.
“Lagi mikirin apaan sih? Gue bukan?” Tiba-tiba sebuah suara muncul dan yang pasti itu bukan suara Iel ataupun Cakka. Itu suara..
“Alvin?” Ya, Alvin. Orang itu Alvin. Tak ada yang sadar akan kedatangan cowok sipit ini, bahkan oleh Iel dan Cakka sekalipun. Mereka pun melihat dan lantas berhenti bermain basket. “Woy, Vin kapan datang? Kok gue gak sadar ya?” Sapa Cakka seraya berjalan mendekati Rio dan Alvin. Rio yang tadi berbaring dengan cepat mendudukkan badannya menghadap Alvin.
“Kita gak ada manggung minggu ini, ngapain lo kesini?” Tanya Rio. Alvin mengangkat sebelah alisnya sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana. Cool!
“Jadi, lo ngusir gue nih?”
“Ahelah, ya gak Vin. Cuma aneh aja, lo main ke sini hari minggu, besoknya kan sekolah.” Iel dan Cakka mengangguk. Sementara Alvin, masih sama seperti tadi hanya saja alisnya sudah kembali seperti seharusnya. Ia kemudian tersenyum melihat wajah-wajah heran dari para sahabatnya itu. 
    “Besok anak kelas XII TO, jadi gue libur. Puas lo?” Mendengar itu, lagi-lagi Iel dan Cakka mengangguk. Rio, ia tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia pun kembali dengan posisi tidurnya. Alvin kemudian duduk di pinggir Gazebo tempat Rio berbaring.
    “Coba lu gak pindah Vin, CRAG kan utuh. Gak mencar gini.” Kata Cakka memulai pembicaraan. Iel tak terlalu mendengarkan, ia asyik meneguk Pocary Sweat nya sambil sesekali mengelap butiran keringat yang mengucur. Alvin dan Rio sama-sama tersenyum. Mereka pun saling berpandangan bingung, lalu tersenyum lagi.
“Lo masih galau aj yo!” Ledek Alvin pada Rio. Rio menoleh sekilas dan tersenyum miring. “Siapa bilang?” Balasnya –tetap tersenyum-. Alvin menatap Rio tak percaya. “Masa?”
“Yaiyalah. 2012, gak jaman lagi galau.”
“Buktinya lo nangis gitu, so pasti lagi kepikiran yang di Amrik. Ya kan?”
“Asem lo! Gue senyum gila bukan nangis! Lagi juga, gue gak galau. Gue lagi seneng, dia bakal kesini.” Iel tersedak mendengar perkataan Rio barusan. Ia menoleh cepat ke arah Rio. “Sekarang? Mana?” Tanya Cakka polos.
“Ya bukan sekarang lah, mana mungkin!” Bantah Rio. “Jadi?” Kali ini Iel.
“Secepatnya.” Iel memutar kedua bola matanya, Cakka pun tak jauh beda. Mereka sama-sama heran dengan sikap Rio itu. Sementara Alvin, sudut bibirnya bergetar menahan tawa. “Jadi si..”
TRING..*anggap aja nada pesan masuk yah haha*
Tiba-tiba ponsel Alvin berdering, membuat dialognya terpotong (?). Ia lekas memeriksa ponselnya itu. Ada 1 pesan masuk.
From : My Shilla
Vin, si Shilla galau gara-gara lo. Cepat kembaliin temen gue seperti semula!! –Agni–
Ia tersenyum mengetahui siapa yang mengiriminya pesan itu, apalagi membaca isinya. Ia kemudian mengetik beberapa kata hendak membalas pesan itu, namun bukan kepada Shilla. Ia mengalamatkan pesan itu pada si pengirim asli sms yang baru saja diterimanya. Ia memasukkan kembali ponselnya ke saku celana.
“Gue cabut dulu guys!” Pamit Alvin seraya berjalan menjauhi Iel, Cakka dan tentunya Rio. “Mau kemana lo? Baru aja sampe.” Keluh Iel dengan sedikit berteriak. Alvin melihat ke belakang dan balas berteriak. “Nemuin cewek gue lah, kemana lagi?”
“Gue juga cabut dulu Yel, Yo.” Cakka ikut-ikutan pergi meninggalkan Iel dan Rio yang kini hanya berdua saja. Iel menggeleng pelan sementara Rio hanya tersenyum melihat Iel.
“Lo, gak cabut?” goda Rio. Iel menoleh kesal. “Cabut-cabut, emang nyawa apa?”
“Udahlah, muka lo kayak orang lagi galau aja.”
“Lo tuh yang kerjaannya galau mulu!”
“Biarin, daripada lo gak ada yang bisa di galau-in!”
“Ah lo yo, galau aja bangga. Liat aja ntar kalo gue galau! Gue cabut deh!” Iel yang sedang kesal memutuskan untuk pergi juga. Rio lagi-lagi tertawa. “Cabut juga kan tuh anak,” ujarnya sambil mengeleng pelan. Ia pun kembali menatap awan. Sekarang bukan naga, anak anjing ataupun wajah sahabatnya yang ia lihat. Tapi wajah seseorang yang sangat ia rindukan. Nantikan mungkin?
“Kapan lo balik?” lirihnya.
***
“Rp 50.000 mas,”
Alvin mengeluarkan selembar uang 50 ribu dari dalam dompetnya dan memberikan kepada sang kasir. Ia mengambil makanan dan minuman terbungkus yang ia beli dan melangkah pergi. Seorang gadis berjalan dari arah berlawanan tanpa melihat ke depan. Ia sibuk memperhatikan spanduk panjang yang berisikan menu-menu makanan di sana. Alhasil, Alvin dan gadis itu pun menabrak satu sama lain.
Bungkusan berisi makanan dan minuman yang dipegang Alvin hampir saja terjatuh. Beruntung hal itu tidak terjadi karena ditahan olehnya. Hampir saja! Pikirnya. Ia melihat ke arah gadis yang menabraknya yang kini juga sedang melihat ke arahnya. “Maaf,” kata mereka bersamaan.
“Eh,” Kata mereka lagi. Alvin garuk-garuk kepala sementara gadis tadi hanya tersenyum canggung. “Gue yang salah, jadi gue yang mestinya minta maaf.” Kata gadis itu duluan. Alvin tersenyum sambil mengangkat bungkusan makanannya. “Yang penting ini gak jatuh. Maaf gue buru-buru.” Alvin segera berbalik dan melanjutkan perjalanannya. Gadis tadi hendak mengejar Alvin, tapi tiba-tiba ponsel dalam kantongnya berbunyi.
Ia asal menekan tombol yes tanpa melihat siapa orang yang menelponnya. “Sayangku, lo di mana?” sahut si penelepon. Sepertinya seorang cowok. Gadis tadi menepuk jidatnya seperti kelupaan sesuatu. Namun sedetik kemudian ia melihat orang yang meneleponnya itu muncul beberapa meter di depannya sambil celingak-celinguk sana-sini. Ia segera memanggil orang tersebut.
“CAKKA!” Teriaknya seraya melambaikan tangan.
***
“Hh..hh..udah ah capek gue nyerah deh!” ujar Agni ngos-ngosan akibat aksi kejar-kejarannya bersama Shilla. Ia langsung duduk di Gazebo Ify. Ify hendak meminum jus jeruknya namun langsung disambar Agni. Alhasil, minumannya pun tewas seketika (?). Ify menatap Agni kesal sambil berkacak pinggang. “Agni, itu jatah gue!” Rutu Ify. Agni hanya nyengir sambil menyembulkan 2 jarinya membentuk huruf ‘v’.
“Darurat Fy.” Balas Agni santai. Ify manyun dan menatap Agni kesal. Kini ia tak lagi berkacak pinggang. Ia melipat kedua tangannya di dada. Beberapa saat Shilla datang dan sekarang gantian ia yang berkacak pinggang. Agni melihatnya malas. “Lo mau ikutan fashion show?” ledeknya.
“Lo gila ya, kalo Alvin baca mau ditaruh dimana muka gue? Gue kan malu.”
“Ya udah, tinggal bilang itu yang sms gue, susah amat?”
“Awas ya kalo dia nelpon lo harus ngaku kalo itu ulah lo!” Ancam Shilla akhirnya. Ia pun kembali duduk di gazebo tepatnya di depan Agni. Ia bersender di  papan tepi gazebo, sama seperti yang Via lakukan tadi sambil memainkan BB nya. Entah apa yang ia mainkan. Berbicara tentang Via, sedari tadi ia hanya tertawa menikmati pertunjukan yang dilakukan sahabat-sahabatnya.
Agni melihat ke samping, dan didapatinya Ify masih setia dengan aksi manyun ria nya. Agni pun terkekeh geli. “Jangan manyun gitu dong? Bibir lo gak bakalan seksi juga!” Bujuk Agni sambil menoel dagu tirus Ify. Ify menepis tangan Agni kasar tanpa membalas. “Heh, mau sampai kapan lo manyun-manyun gitu?” Tanya Agni. Ify menoleh dan mendengus.
“Sampai Rio nembak gue!” Tukas Ify. Mendengar itu Agni langsung tertawa begitu pula Via. Shilla? Dia cuma tersenyum tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ify. “Gak bakal kejadian dong? Haha..” Ledek Agni lagi.
“Agnii, lo jahat banget sih? Via, kok lo ikut-ikutan?” Ify bergantian menatap Agni lalu Via. “Ka..”
“YAAAA!!” Tiba-tiba Shilla berteriak sekaligus menunda hasrat ngomel panjang lebar Ify. Seketika semua pandangan Agni, Via dan tentunya Ify langsung terfokus pada Shilla. Hampir saja BB Shilla jatuh. Semua memandang Shilla penuh tanya. “Alvin nelpon!” Panik Shilla.
Agni langsung memutar kedua bola matanya, Ify menghela nafas sementara Via cuma garuk-garuk kepala. Mereka sama-sama heran melihat tingkah sahabatnya itu. “Angkat aja kenapa sih?” Ujar Ify secara ia yang paling kesal omongannya terpotong hanya karena Alvin yang menelepon. Ia benci jika ada yang memotong pembicaraannya karena jika itu terjadi, ia akan lupa dengan apa yang ingin ia katakan. “Dia pasti nanya masalah sms itu. Gue harus jawab apa?”
“Kan udah gue bilang tadi.” Jawab Agni. Shilla menepuk jidatnya karena lupa akan hal itu. Ia pun dengan segera menjawab panggilan tersebut. “Hay..” Sahut orang di seberang sana. Baru saja Shilla hendak berbicara panjang lebar, dengan sekejab seluruh kosakata yang ada dalam benaknya raib. Ia malah terdiam mendengar suara Alvin, orang yang meneleponnya. Gue kangen suara itu. Batin Shilla. “Helloo, lo marah?” tanya Alvin.
“Hh eh.." Kata Shilla canggung. “Kenapa? Kangen?” tanya Alvin, lagi. Shilla menyahut cepat, “Hah? Enggak itu...eh iya.” Suaranya makin pelan. Shilla membatalkan niat untuk menjelaskan tentang sms palsu (?) Agni. Ia menundukkan kepala sambil mengetuk-ngetuk pelan lantai menggunakan telunjuknya.
Hening. Masing-masing dari Alvin maupun Shilla saling diam. Tak ada yang mau bersuara melanjutkan pembicaraan. “Keluarlah!” Ujar Alvin akhirnya. Shilla dibuat bingung dengan perkataan Alvin barusan. “Hah, maksudnya?” Tanya Shilla. “Udah, lo keluar aja. Pergi ke seberang jalan taman dekat rumah Ify.” Pinta Alvin dan langsung memutus teleponnya dengan Shilla. Shilla menatap layar ponselnya bingung. Begitu pula sahabat-sahabatnya, juga menatapnya dengan tatapan bingung.
“Fy, taman deket rumah lo di mana?” Tanya Shilla ragu, bukannya menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dan Alvin. “Mm, deket dari sini sih. Tinggal jalan aja ke arah kiri, nyampe dah.” Jawab Ify. Shilla mengangguk pelan dan beranjak pergi. “Shil, mau kemana?” Tanya Via.
“Ke taman!” Agni, Ify dan Via saling berpandangan –makin- bingung. Sedetik kemudian mereka menggeleng pelan.
***
Alvin? Kata Shilla dalam hati, ketika melihat seseorang yang sedang duduk di depan sebuah mobil, milik orang tsb. Shilla masih diam dalam posisinya. Alvin, orang tadi, yang kini menyadari akan kedatangan kekasihnya, sudah pasti Shilla, langsung berjalan mendekat. “Lo..kangen banget ya sama gue?” goda Alvin setelah berhadapan dengan Shilla. Wajah Shilla langsung bersemu, ia agak malu melihat Alvin sekarang. “Siapa bilang? Itu..” 
Tiba-tiba Alvin memeluk Shilla, erat sekali. Sepertinya ia juga sangat merindukan gadis cantik ini. “Kalo gitu, gue yang kangen berat sama lo.” Shilla bisa merasakan jantung Alvin berdetak cepat, tapi ia lebih bisa merasakan bahwa jantungnya berdetak jauh lebih cepat dibandingkan Alvin. Ia tak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Yang jelas, ia merasa senang, sangat senang malah. Ia tersenyum dan membalas pelukan Alvin.
***
TAMAT! Haha, setuju gak?
Jelek ya? Haha, saya tahu kok. Maklum saya bukan penulis. Maafkan ke gajean dan ketidakbagusan cerita, ini hanyalah fiksi belaka. Makasih =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar